Tanggal 9 Februari 2017 adalah hari yang penuh duka dalam perjalanan hidupku. Pada hari Kamis jam 07.45 WIB di RS Kasih Ibu. Solo, Ibu menghembuskan nafasnya yang terakhir untuk kembali ke hadirat Alloh Swt. Inna lillahi wa inna ilaihi roijin. Ibu meninggal pada usia hampir 72 tahun. Ibu lahir di Sukoharjo 4 Mei 1945 dan meninggal pada 9 Februari 2017. Sedangkan Bapak sudah dipanggil Alloh lebih dulu sekitar tgl 14 Januari 1996 silam. Maka di usiaku yang ke 42 tahun, aku kini menjadi Yatim Piatu.
Aku merasa kehilangan karena merasa belum memberi pengabdian anak kepada Ibu. Ibu tinggal sendiri di Solo, ada adik yang rumahnya sekitar 5 km dari rumah Ibu. Sementara saudara yang lain tinggal di Jakarta. Komunikasi terakhir aku dengan ibu sebelum sakit adalah 5 Januari 2017 lalu dalam sms itu aku menanyakan kesehatan Ibu dan ibu menjawab sehat habis kontrol dari dokter, ibu memang rajin berobat dan kontrol ke dokter karena penyakit gula dan esteophorosis.
Tanggal 1 Februari aku dikabari ibu masuk rumah sakit karena sesak nafas dan digotong saudara dan tetangga ke RS. Tanggal 3 Februri pun aku pulang ke Solo menengok Ibu. Kondisi Ibu sadar tapi nafas sesak, sehingga harus diinfus dan dioksigen. Aku memberi semangat ibu, memijat badannya yang pegal dan melap lap tubuh ibu. Sejak dirawat memang ibu hanya terbaring dan harus buang hajat dengan pispot, untuk tidur terlentang pun tak bisa karena sesak nafas sehingga hanya tidur sambil bersandar,
Selama 3 hari di Solo, aku mengingatkan ibu agar selalu sholat meski sakit dengan tayamum, dan senantiasa berdzikir mengucap Laa ilaha ilallah atau kalau tidak bisa cukup kata Alloh. AKu berharap ketika meininggal Ibu bisa mengucap kalimat Laa ilaha ilallah, Tanggal 6 Februari aku pamit ibu akan pulang ke Jakarta karena ada urusan pekerjaan. Aku mencium pipi ibu dan tangannya, Saat itu menatap dengan tatapkan yang kosong. Ternyata itu adalah terakhir kalinya aku melihat Ibu.
Saat itu sebelum kembali ke jakarta , dokter Internes mengatakan Ibu boleh pulang. Kami pun senang meski ibu masih mengenakan tabung oksigen. Aku ingin ibu bisa sembuh sesaknya dulu baru pulang. Dan akhirnya ibu pun digeser ke kamar dekat jendela. Akhirnya aku kembali ke Jakarta dengan bus malam.
Kamis 9 Februari 2017, mas menelpon ibu sudah kritis kondisnya,. Aku pun segera memesan tiket pesawat 4 buah untuk aku istri dan anak . Jam 7.45 mas mengabari ibu sudah meninggal. Aku sedih menangis , meratapi kepedihan ditinggal seorang Ibu. Ibu terlalu cepat pergi dan kembali kepada IIahi. Akhirnya kami pun pulang dan memakamlan ibu secara Islam. Ibu dikuburkan disamping makam Bapak di hastana Daksinoloyo Danyung, Sukoharjo atau sekitar 5 Km dari rumah. Dikuburkan pada jumat 10 Februari 2017 jam 10 siang. ratusan orang datang dengan langit yang mendung.
Alhamdulillah selama berhari2 Solo hujan, pada hari Jumat itu terang benderang hingga Mangrib sehingga prosesi pemakana berlangsung lancar, Jenasah Ibu pun sangat berseri. Aku mencuim jasad beliau sebelum dimandikan dan dikafani. Prosesi pemakanan dilakukan hari Jumat tepat saat SMP di depan rumah libur sehingga jalanan bisa dipasang tenda. Dan lurah pun datang memberi sambutan karena Ibu sangat aktif hingga akhir hayar di kegiatan masayarakat, Meski kehilangan aku yakin Ibu khusnul khotimah di akhir hayatnya.
Ibu sabar dan pekerja keras
Ibu dilahirkan dengan nama Solikati anak pertama dari mbah Resodiharjo dengan 8 bersaudara, Sejak kecil ibu membantu bapak mencari nafkah dengan menerima jahitan. Ketika SD aku yang membawa jahitan ibu untuk diobras. Bahkan di akhr hayat pun ibu masih menjahit , meskipun aku sudah melarangnya. Mungkin ibu nggak enak menolak jahitan atau untuk kesibukan Ibu di rumah. Kerjaan ayah sebagai mantri kesehatan swasta kurang ramai.
Alhamdulillah pada 2006 silam Ibu sudah berangkat melaksanakan rukun islam ke 5 di tanah suci. Dan setelah itu ibu aktif di kegiatan Ikatan persaudaraan haji, Posyandu, arisan keluarga dan RT serta wanita Islam. dan alhamdulillah Ibu dikenal baik di kalangan tetangga dan teman-teman pengajian. Setiap habis magrib hngga Isya ibu masih belajar mengaji al Quran di masjid al Huda dekat rumah. Selain itu Ibu masih suka nitih sepeda onthel, Dua hari sebelum meninggal Ibu masih membawa sepeda dan sempat disapa pak RT.
Ibu jarang mengeluh meski sakit, Ibu biasa hidup mandiri dan tidak suka merepotklan orang. Tak lupa Ibu selalu mendoakan anak-anaknya menjadi anak yang sholeh dan rezeki yang berkah. Buatku Ibu adalah wanita yang luar biasa. Semoga Ibu tenang bersama Bapak di Surga, dan suatu saat nanti aku pun akan meninggal dan insyaalllah kita akan berkumpul di Surga. Berkumpul dengan ibu bapak, suadara dan keluarga tercinta dalam keridhoaan Alloh Swt.
Kini aku harus menerima takdir Alloh. Ini adalah yang terbaik, aku harus berjuang untuk anak-anak dan keluarga serta mendidik mereka agar menjadi anak-anak yang sholeh. aku hanya bisa mengirim doa untuk Ibu dan Bapak , dan beramal dengan niat untuk Ibu dan Bapak. Semoga Alloh mengampuni semua dosa Ibu dan Bapak serta menerima amalnya dan memasukkannya ke dalam surga. Amiin . Allahummaghfirli waliwalidayya warhamhuma kama robbayani soghiro.... Ya Allah Ampunilah dosa kedua orang tuaku dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku diwaktu kecil...
.
Aku merasa kehilangan karena merasa belum memberi pengabdian anak kepada Ibu. Ibu tinggal sendiri di Solo, ada adik yang rumahnya sekitar 5 km dari rumah Ibu. Sementara saudara yang lain tinggal di Jakarta. Komunikasi terakhir aku dengan ibu sebelum sakit adalah 5 Januari 2017 lalu dalam sms itu aku menanyakan kesehatan Ibu dan ibu menjawab sehat habis kontrol dari dokter, ibu memang rajin berobat dan kontrol ke dokter karena penyakit gula dan esteophorosis.
Tanggal 1 Februari aku dikabari ibu masuk rumah sakit karena sesak nafas dan digotong saudara dan tetangga ke RS. Tanggal 3 Februri pun aku pulang ke Solo menengok Ibu. Kondisi Ibu sadar tapi nafas sesak, sehingga harus diinfus dan dioksigen. Aku memberi semangat ibu, memijat badannya yang pegal dan melap lap tubuh ibu. Sejak dirawat memang ibu hanya terbaring dan harus buang hajat dengan pispot, untuk tidur terlentang pun tak bisa karena sesak nafas sehingga hanya tidur sambil bersandar,
Selama 3 hari di Solo, aku mengingatkan ibu agar selalu sholat meski sakit dengan tayamum, dan senantiasa berdzikir mengucap Laa ilaha ilallah atau kalau tidak bisa cukup kata Alloh. AKu berharap ketika meininggal Ibu bisa mengucap kalimat Laa ilaha ilallah, Tanggal 6 Februari aku pamit ibu akan pulang ke Jakarta karena ada urusan pekerjaan. Aku mencium pipi ibu dan tangannya, Saat itu menatap dengan tatapkan yang kosong. Ternyata itu adalah terakhir kalinya aku melihat Ibu.
Saat itu sebelum kembali ke jakarta , dokter Internes mengatakan Ibu boleh pulang. Kami pun senang meski ibu masih mengenakan tabung oksigen. Aku ingin ibu bisa sembuh sesaknya dulu baru pulang. Dan akhirnya ibu pun digeser ke kamar dekat jendela. Akhirnya aku kembali ke Jakarta dengan bus malam.
Kamis 9 Februari 2017, mas menelpon ibu sudah kritis kondisnya,. Aku pun segera memesan tiket pesawat 4 buah untuk aku istri dan anak . Jam 7.45 mas mengabari ibu sudah meninggal. Aku sedih menangis , meratapi kepedihan ditinggal seorang Ibu. Ibu terlalu cepat pergi dan kembali kepada IIahi. Akhirnya kami pun pulang dan memakamlan ibu secara Islam. Ibu dikuburkan disamping makam Bapak di hastana Daksinoloyo Danyung, Sukoharjo atau sekitar 5 Km dari rumah. Dikuburkan pada jumat 10 Februari 2017 jam 10 siang. ratusan orang datang dengan langit yang mendung.
Alhamdulillah selama berhari2 Solo hujan, pada hari Jumat itu terang benderang hingga Mangrib sehingga prosesi pemakana berlangsung lancar, Jenasah Ibu pun sangat berseri. Aku mencuim jasad beliau sebelum dimandikan dan dikafani. Prosesi pemakanan dilakukan hari Jumat tepat saat SMP di depan rumah libur sehingga jalanan bisa dipasang tenda. Dan lurah pun datang memberi sambutan karena Ibu sangat aktif hingga akhir hayar di kegiatan masayarakat, Meski kehilangan aku yakin Ibu khusnul khotimah di akhir hayatnya.
Ibu sabar dan pekerja keras
Ibu dilahirkan dengan nama Solikati anak pertama dari mbah Resodiharjo dengan 8 bersaudara, Sejak kecil ibu membantu bapak mencari nafkah dengan menerima jahitan. Ketika SD aku yang membawa jahitan ibu untuk diobras. Bahkan di akhr hayat pun ibu masih menjahit , meskipun aku sudah melarangnya. Mungkin ibu nggak enak menolak jahitan atau untuk kesibukan Ibu di rumah. Kerjaan ayah sebagai mantri kesehatan swasta kurang ramai.
Alhamdulillah pada 2006 silam Ibu sudah berangkat melaksanakan rukun islam ke 5 di tanah suci. Dan setelah itu ibu aktif di kegiatan Ikatan persaudaraan haji, Posyandu, arisan keluarga dan RT serta wanita Islam. dan alhamdulillah Ibu dikenal baik di kalangan tetangga dan teman-teman pengajian. Setiap habis magrib hngga Isya ibu masih belajar mengaji al Quran di masjid al Huda dekat rumah. Selain itu Ibu masih suka nitih sepeda onthel, Dua hari sebelum meninggal Ibu masih membawa sepeda dan sempat disapa pak RT.
Ibu jarang mengeluh meski sakit, Ibu biasa hidup mandiri dan tidak suka merepotklan orang. Tak lupa Ibu selalu mendoakan anak-anaknya menjadi anak yang sholeh dan rezeki yang berkah. Buatku Ibu adalah wanita yang luar biasa. Semoga Ibu tenang bersama Bapak di Surga, dan suatu saat nanti aku pun akan meninggal dan insyaalllah kita akan berkumpul di Surga. Berkumpul dengan ibu bapak, suadara dan keluarga tercinta dalam keridhoaan Alloh Swt.
Kini aku harus menerima takdir Alloh. Ini adalah yang terbaik, aku harus berjuang untuk anak-anak dan keluarga serta mendidik mereka agar menjadi anak-anak yang sholeh. aku hanya bisa mengirim doa untuk Ibu dan Bapak , dan beramal dengan niat untuk Ibu dan Bapak. Semoga Alloh mengampuni semua dosa Ibu dan Bapak serta menerima amalnya dan memasukkannya ke dalam surga. Amiin . Allahummaghfirli waliwalidayya warhamhuma kama robbayani soghiro.... Ya Allah Ampunilah dosa kedua orang tuaku dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku diwaktu kecil...
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar