Jumat, 14 Juli 2017

Perpu penutupan media sosial


Gaya-gaya "Orde Baru" sudah mulai muncul dengan mengatasnamakan Perpu. Setelah sukses mengeluarkan Perpu yang akan digunakan untuk menggebuk Ormas yang dianggap radikal. Kini pemerintah sudah menutup akun Telegram. Bahkan Menkominfo mengancam untuk menutup semua Medsos. Bukan tidak mungkin untuk melegalkan cara tersebut dibuat Perpu penutupan Media Sosial hehehe.
Saya tidak habis pikir dengan nalar yang digunakan rezim sekarang. Sasaran Perpu pembubaran Ormas yang sudah di depan mata yakni HTI dan FPI. HTI memang memiliki ideologi yang tidak sejalan dengan Pancasila namun HTI tidak pernah melakukan makar atau cara-cara kekerasan. Meskinya dilakukan pendekatan persuasif dulu,seperti anak yang punya jalan pikirannya berbeda si bapak harus menasehati bukan mengusirnya dari rumah.
Kalau FPI memang sering bersebrangan dengan pemerintah, dan ada oknum-oknum yang FPI yang berurusan dengan hukum. Mestinya sebagai bapak yang baik, membujuk agar si "anak bandel" dan rada ngeyel ini mau berubah lebih baik, jangan malah dimusuhi dan langsung dianggap sebagai anak haram.
Perlakuan terhadap medsos, pemerintah terkesan berlebihan atau cenderung panik. kalau ada akun medsos yang dinilai menyimpang meskinya akunnya yang ditindak bukan medsosnya yang ditutup, ini sama saja membunuh teroris di satu kota dengan bom atom. Bukan terorisnya yang ditangkap, tapi kotanya yang dihancurkan yang mengakibatkan mereka yang tidak berdosa ikut menangungg akibatnya.hmmm.
Mestinya pemerintah tak perlu cemas, karena dukungan partai di barisannya sudah level aman 2/3 di DPR. Indeks kepuasan terhadap presiden menurut survei juga menyentuh level nyaman yakni 65%. Kondisi negara tidak dalam keadaan darurat dan pertumbuhan ekonomi masih positif, hanya pendapatan negara saja yang jeblok dan hutang negara yang terus menumpuk.
Pemerintah harus lebih bijak dalam bersikap, lebih sabar dalam bertindak dan lebih adil dalam aturan. Hukum harus sama-sama tajam terhadap pelanggarnya, baik dari pendukung maupun pengkritik pemerintah. jangan mudah terpancing dengan sesuatu yang tidak jelas, harus lebih cermat sebelum membuat sikap dan sabar menghadapi anak-anak memang memilkii karakter berbeda-beda, Semoga penutupan medsos hanya sekadar early warning saja dan tidak menjadi kenyataan.
Bogor 15 Juli 2015
Dudun Purbakala
Pegiat Sosial Media

Selasa, 11 Juli 2017

Muhibah 5 Hari di Malaysia

Alhamdulillah atas perkenan Alloh Swt, Penulis (Dudun Parwanto) bersama istri dan dua anak saya mendapat anugerah untul melawat ke negeri tetangga, negeri satu rumpun dan saudara muda kita yakni Malaysia atau disebut negeri Jiran. 
Lawatan perdana ini dilakukan dari tanggal 5 hingga 9 Juli 2017 silam. Perjalanan kami tempuh bermula dari Medan, dimana itulah tempat orangtua istri saya bermukim. Kemudian kami berangkat dari bandara Kuala Namu , Medan pukul 16.00 pada 5 Juli 2017 menggunakan pesawat Lion Air. Di Kuala Namu kita dichek oleh petugas Imigrasi. Ohya barang cairan semua harus dibuang, dan botol minuman juga dikosongkan isinya dan botolnya bisa dibawa. 
 Perjalanan kami tempuh ke Kuala Lumpur Internationa Airpot (KLIA) selama 45 menit. kami sampai di KLIA pukul 17.40 waktu Malaysia atau 16.40 waktu WIB . 
Sesampai di KLIA, kami turun dan langsung menuju pemeriksaan imigrasi Malaysia untuk distempel, difoto dan sidik jari. ada juag yang ditanya tiket pulangnya. Malaysia dan negara aSean bebas visa, dan lama kunjungan dibatasi maksimal 30 hari. Counter imigrasi ada yang khusus paspor Malaysia, paspor Asean dan foreign paspor. Untuk orang Indonesia sebaiknya masuk Asean paspor karena antreannya lebih sedikit ketimbang foreign. 
Setelah imigrasi. langsung menuju train atau kereta yang membawa ke gedung atau bangunan lain. Disana mencari pengambilan bagais atau istilah sana tuntutan bagasi. Setelah mengambil bagasi, silakan ganti kartu anda atau SIM card dengan sim card Malasyia kecuali memakai roaming interansioal atau kartu halo. Di bandara dijual sim card dan data tapi harganya mahal. Saya membeli kartu Digi dengan pulsa 6 RM dan internet 1,2 Gb seharga 20 RM, padahal harga aslinya hanya 9 RM. Di Malsyaia banyak pilihan ada Celcom punya pemerintah, Digi, Hotling dan sebagainya.
Setelah itu cari kemaa tujuan yang hendak dituju. Kalau ke KL bisa menggunakan moda transportasi ERL atau kereta bawah tanah dari KLIA ke KL Sentral dengan tarif 55 RM dan untuk anak-anak separuh dari tarif dewasa. Bisa juga menggunakan taksi onlen macam Grabcar dengan tarif sekitar 65 RM dan tambah tol 10 RM. Yang paling murah naik bas ke KL Sentral atau Terminal Bersepadu Selatan dengan tarif 10 RM.

Setelah itu silakan cari penginapan di KL. Di Kl disediakan bas gratis yakni Go KL yang melayani sekitar 45 tujuan wisata di KL termasuk ke KLCC temnpat ikon Menara Kembar Petronas. Perjalanan juga bisa ditempuh dengan monorail, LRT dan taksi konvensional atau online. Untuk taksi konvensional kurang rekoemded karena tidak pakai argo disamping mahal, mobilnya juga mobil lama. Lebih memilih taksi onlene karena mobilnya baru dan tarifnya jelas. 
Jalan-jalan di KL tidak terlalu macet dan banyak ruas tol di dalam atau di luar kota. ANgkot dan ojek baik konvensional dan online tidak ditemukan di sana. Disamping itu ada beberapa budaya yang patut dicontoh di negeri jiran, misalnya ketika naik tarsnportasi umum, disediakan tempat duduk unuk lansia, anaka-anak, ibu hamil dan difable. Orang di sana memilih berdiri daripada duduk di tempat yang bukan haknya, kadang tempat tersebut dibiarkan kosong dan banyak orang yang berdiri desak-desakan. 
Selain itu biasanya kalau kita membawa mobil mau memotong jalan, atau menyalib akan memberi lampu sen atau tanda. dan mobil di lajur yang akan kita lalui akan berhenti memberi jalan. bandingkan dengan sopir di Indonesia yang susah memberi jalan. Selain itu ada beberapa tempat yang dikenakan denda bila parkir sembarangan, Dendanya ditulis di papan tersebut. misalnya "Dilarang parkir, denda 500 RM" itulah yang membuat lalu lintas Malaysia lebih tertib disamping infrasturku terbangun juga kepadatannya tak seperi di Jakarta.
Kesadaran orang Malaysia terhadap kebersihan cukup tinggi, dlam membuang sampah mereka selalu membuang pada tempatnya. bahkan ika ada orang yang membuang sampahs sembarangan, ada orang lain yang tahu maka sampah tersebut akan dibuang. jadi pasukan orangye di Malaysia nyaris tidak banyak terlihat seperti di Jakarta,


Sebagai penulis dan pemilik Penerbit Bianglala Kreasi media. saya  sempat mampir di toko buku Kinokuniya di KLCC. Toko buku ini cukup besar dan agak lengkap. Ada 3 versi buku yang dijual di 3 lokasi yakni versi bahasa Inggris, Melayu dan China. Mayoritas adalah buku impor dan berbahasa Inggris. Di rak buku novel Melayu ada beberapa buku penulis Indonesia yang diterjemahkan ke bahasa Melayu, misalnya novel karangan Habirahman el Sirazi, Tere Liye dan sebagainya, Dari sisi harga jelas bandrol disana bila dirupiahkan akan lebih mahal dari beli buku di Indonesia.
Saya disana mencari buku-buku novel best seller berbahasa Melayu, tapi disana tidak dibuat list buku best seller atau 10 besar yang biasa dipajang di Gramedia. Petugasnya pun bingung ditanya yang mana buku best seller di sana. Akhirnya gak jadi beli novel dan malah beli buku 100 pesan terakhir Rasulullah yang diterbitkan oleh Karangkraf KL. 
Kalau menganalisa laju industri buku di Malaysia, rasanya lebih untuk novel lokal lebih berpotensi maju di Indonesia. Pertama, market Indonesia lebih besar sedang di Malay penjualan terbesar dipegang buku2 impor atau berbahasa inggris. kedua dari sisi kultur, penerbitan buku di Malaysia cenderung rigit atau agak kaku, contoh buku ESQ yang ngetop di Indonesia diharamkan di Malaysia. Biasanya buku yang best seller di Indonesia mau diterbitkan oleh penerbit negeri jiran. Apalagi buku yang syarat muatan politik kurang peminatnya. So pasar Indonesia lebih menjanjikan untuk industri buku ketimbang negeri jiran. Setelah 5 hari Pulang deh saya ke jakarta...