GUWAT Pembawa Pesan Kematian
Di Solo ada pemuda lajang,
namanya Guwat. Di Jawa nama Guwar bisa diartikan Kuat, Badannya kecil tapi
orangnya kuat. Orangnya memang tidak sempurna, Bisa dibilang keterbelakangan
mental. Ngomongnya tidak jelas, kadang harus dibantu isyarat anggota badan. Usianya
sudah 30-an, teman-teman sebaya sudah banyak yang punya anak. Kini terkadang anak-anak temannya yang bermain
dengan Guwat yang perawakannya persis anak SMP. Tapi lama-kelamaan Guwat malas
bermain dengan anak-anak tetangga karena malah suka menggodanya.
Sehari-hari Guwat memilih di
rumah, membantu ibunya yang jualan nasi liwet. Guwat mbantu apa saja, belanja,
cuci piring, bersih-bersih. Ayah Guwat sudah meninggalkannya ketika Guwat lahir
dan pergi bersama wanita lain. Guwat yang tidak seperti orang normal dipiara
oleh ibunya seorang diri.
Guwat pasrah dan nrimo saja
dengan kehidupannya yang serba kekurangan, Dia tetap sholat ke masjid setiap
azan, habis sholat langsung pulang. Anehnya setiap berjalan ke masjid , anjing
milik Bang Pardede selalu menggonggong. Guwat cuek saja karena anjing itu dikat
dip agar. Guwat kalau berjalan cukup cepat, seperti buru-buru. Ia nggak banyak
mengeluh. Ia pun gak kesal meski sering diledekin karena keterbatasannya.
Satu yang menonjol dari Guwat, ia selalu hadir jika ada orang yang
meninggal. Dimana pun ada orang kesripahan (berkabung) Guwat selalu ada selama
ia mendengar informasi tersebut. Biasanya sih di musola yang tidak jauh dari
rumahnya jika ada berita duka diumumkan lewat corong musola. Di rumah duka
Guwat membantu apa saja entah nyuci piring, ngangkat kursi, pasang tenda dan
sebagainya.
Di saat seperti itu dia nggak
banyak ngomong, dan hanya kerja.kerja, kerja. Guwat disuruh apapun mau membantu
j. Tanpa pamrih alias tidak minta upah namun kalau dikasih uang dia terima.
Uang itu pun dia simpan untuk kebutuhannya beli sabun mandi, baju dan
sebagainya. Kalau makan dia masih menumpang pada Mbok nya.
Lain Guwat lain pulak dengan
Hesti, Hesti juga seorang penyandang keterbatasan mental. Dia anak seorang
pendeta dan suka menyanyikan lagu gereja meski kurang jelas suaranya. Tapi dia
sangat pede. Dia dulu teman Guwat, karena sama-sama kurang sempurna meski beda
keyakinan. Mereka simbol bhinneka tunggal ika untuk golongan khusus. Yang heran
mereka berdua ternyata nyambung dan orang lain tidak tahu apa yang mereka
bicarakan. Tertawa dan bercanda seperti orang biasa.
Namun ternyata ada yang tidak
suka keakraban mereka. Orang-orang yang pendek nalarnya dan anti perbedaan
telah meracuni pikiran mereka. Guwat dan Hesti diadu domba sehingga mereka
saling memusuhi bahkan sampai gelut (berantem). Akhirnya mereka sampai jothakan
(membenci), Dulu dimana ada Guwat disitu ada Hesti tapi kini dimana ada Guwat ,
tak ada Hesti dan sebaliknya. tangan-tangan jahat dan iri telah membuat
persahabatn mereka hancur.
Padahal dulu Hesti yang anak
orang mampu selalu mengantar makanan ke Guwat setiap Minggu sepulang dari
gereja, Dan Guwat suka membantu Hesti bersih-bersih di rumah Hesti jika ada
kebaktian. Namun ada orang yang melarang dan membisikan kata Haram kepada Guwat
jika dikasih makan Hesti ataupun jika membantu di rumah Hesti.
Dari situlah muncul
pengkaplingan, kalau ada orang islam yang meninggal, maka itu jatahnya Guwat
dan Hesti di rumah, nah jika ada orang non muslim itu haknya Hesti dan Guwat
libur dulu.
Singkat cerita Guwat meninggal
mendadak sehabis sholat subuh di masjid. Saat dokter memeriksa Guwat menderita
penyakit yang sudah parah. Penyakit itu dia tahan karena dia tidak mau
membebani orangtuanya yang tidak punya biaya. Dan ketika Guwat meninggal, Hesti
datang takziah. Hesti menangis tersedu-sedu dan mendoakan Guwat sesuai imannya.
Ada orang-orang yang tidak suka kehadiran Hesti, namun Ustad dan RT
mempersilakan Hesti melayat.
GUWAT adalah pesan kematian. Karena setiap ada orang meninggal
disitu pasti ada GUWAT. Guwat menjadi ikon atau pertanda ada orang berduka.
Tapi sekarang pesan kematinan itu sudah kembali kepada Tuhan.Pesan itu sudah
dicabut dan tak ada lagi pesan lain yang menggantikannya. Mungkin di hanya di
musola saja, pesan kematian itu terdengar. Dimana selama ini musola digunakan
hanya untuk 2 hal yakni Panggilan azan dan berita kematian.
Insyaallah Launcing 30 November 2017
Dapatkan BUKU Nya Pre ORDER Hanya Rp 50 ribu belum Ongkos Kirim
Pemesanan hubungi Wa 0813-10054310
Tidak ada komentar:
Posting Komentar