KAMPUNG KEMIT
Komedi
situasi kehidupan di sebuah komplek perumahan kelas bawah bernama Komplek
Kampung Kemit. Masyarakat komplek datang dari beragam suku, agama dan bahasa sehingga
membuat semua hal serba kompleks. Ada saja permasalahan yang timbul antar warga
sehingga menimbulkan kegaduhan.
Tokoh & KARAKTER
Pak RW Paijo
: 48 tahun, sopir pejabat, jawa, jaga wibawa
Pak RT
Sukarta : 45 tahun, kepal satpam, banten, senang dipuji
Haji
Dolalah : 55 tahun, pedagang beras, Palembang, ngemong
Bu Haji Dolalah
: 50 tahun, catering, penyabar
Mustafa
: 37 th Padang, PNS, pelit
Sodrun : 35
th, penulis, melayu, banyak akal, nyleneh
Masitoh :
30, Istri Sodrun, betawi, bawel
Jamilah ;
35 tahun, janda muda, Sunda
Mariska :
20 tahun, kuliah, kemayu, anak Haji Dolalah
Mang jajang
: 36 tahun, Sunda, sopir Uber, penjilat
Kang Parjo
: 39 tahun, Jawa, Tukang Ojek online, matre
Aditya : 25
tahun, Jakarta, Wartawan Muda, banyak ide
Ustad Hamdalah
: 42 tahun, Bugis, guru/ penceramah, keras
Pak
Sinaga,: 55 tahun Batak, pemilik warnet, gampang marah
Juminten :
18 tahun, juthek, keponakan pak RW
Lik Mardi :
60 tahun, Madura ojek pangkalan, suka menolong
Pakdhe
Kumis: 45 tahun Jawa, Tukang sayur keliling, bercanda
Mas Yoto :
46 tahun, satpam komplek, curigaan
Tuk Dalang
: 60 tahun, tukang urut,
Bu Karta :
56 tahun, judes
EPISODE I
Pemilihan RT
Sinopsis
Warga
komplek Kampung Kemit mengadakan pertemuan di rumah haji Dolalah untuk pemilihan Ketua RT. Tata cara pemilihan
ada 2 cara yang diinginkan oleh warga, yakni dengan cara langsung setiap warga
ke bilik suara untuk memilih dan cara kedua yakni dengan musyawarah.
Golongan tua yang disponsori pak Sukarta
lebih menyukai musyawarah karena sesuai dengan Pancasila. Sementara golongan
muda dipelopori Sodrun lebih suka dengan cara demokrasi yakni pemilihan
langsung. Ada dua nama yang dijagokan yakni dari Gang Timur, Sukarta dan Gang
Barat, Mustafa sementara Gang Tengah tempat Sodrun tinggal tidak memunculkan
nama. Karena rapat deadlock dan sama-sama kuat pendapatnya, maka pak Haji minta
dilakukan lobi-lobi dan tiga hari lagi bertemu di rumahnya.
Dalam lobi ini Sukarta berusaha
mempengaruhi Sodrun dengan mengajak ustad Hamdalah yang tinggal di blok
sebrang. Hamdalah menjelaskan bahwa demokrasi itu cara Barat dan tidak seusai
dengan dasar Negara dan tidak islami. Sodrun pun ke warnet untuk browshing di
google mengenai pendapat itu. Di warnet Sodrun ketemu Aditya yang mengaku akan
golput pada pemilihan Rt ini.
Akhirnya Sodrun mencabut idenya mengenai
demokrasi. Sementara Sukarta didampingi mang Jajang menemui Mustafa, Sukarta
minta mereka bersinergi. Dia jadi ketua, sementara Mustafa menjadi wakilnya.
Namun Mustafa menolak, kalau tidak jadi ketua dia memilih diluar kabinet.
Hari yang ditunggu telah tiba, semua bapak-bapak
berkumpul, tapi Sodruntidak datang alasannya anaknya sakit Warga pun kecewa
karena Sodrun yang menyuarakan demokrasi malah tak nongol. Begitu juga dengan
Aditya yang ingin pemilihan langsung malah tidak hadir.
Akhirnya atas suara terbanyak dilakukan
musyawarah hasilnya, dari 25 orang yang hadir Sukarta terpilih suara 23 orang
dan Mustafa 22 orang. Mustafa kecewa karena Sodrun dan Aditya tidak datang
sehingga dia kalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar