Jumat, 13 Januari 2017

Sitkom: Kampung Kemit eipsode 1

KAMPUNG KEMIT


Komedi situasi kehidupan di sebuah komplek perumahan kelas bawah bernama Komplek Kampung Kemit. Masyarakat komplek datang dari beragam suku, agama dan bahasa sehingga membuat semua hal serba kompleks. Ada saja permasalahan yang timbul antar warga sehingga menimbulkan kegaduhan.

Tokoh & KARAKTER
Pak RW Paijo : 48 tahun, sopir pejabat, jawa, jaga wibawa
Pak RT Sukarta : 45 tahun, kepal satpam, banten, senang dipuji
Haji Dolalah : 55 tahun, pedagang beras, Palembang, ngemong
Bu Haji Dolalah : 50 tahun, catering, penyabar
Mustafa : 37 th Padang, PNS, pelit           
Sodrun : 35 th, penulis, melayu, banyak akal, nyleneh
Masitoh : 30, Istri Sodrun, betawi, bawel
Jamilah ; 35 tahun, janda muda, Sunda
Mariska : 20 tahun, kuliah, kemayu, anak Haji Dolalah
Mang jajang : 36 tahun, Sunda, sopir Uber, penjilat
Kang Parjo : 39 tahun, Jawa, Tukang Ojek online, matre
Aditya : 25 tahun, Jakarta, Wartawan Muda, banyak ide
Ustad Hamdalah : 42 tahun, Bugis, guru/ penceramah, keras
Pak Sinaga,: 55 tahun Batak, pemilik warnet, gampang marah
Juminten : 18 tahun, juthek, keponakan pak RW  
Lik Mardi : 60 tahun, Madura ojek pangkalan, suka menolong
Pakdhe Kumis: 45 tahun Jawa, Tukang sayur keliling, bercanda
Mas Yoto : 46 tahun, satpam komplek, curigaan
Tuk Dalang : 60 tahun, tukang urut,
Bu Karta : 56 tahun, judes






 EPISODE I

Pemilihan RT
Sinopsis

Warga komplek Kampung Kemit mengadakan pertemuan di rumah haji Dolalah  untuk pemilihan Ketua RT. Tata cara pemilihan ada 2 cara yang diinginkan oleh warga, yakni dengan cara langsung setiap warga ke bilik suara untuk memilih dan cara kedua yakni dengan musyawarah.
     Golongan tua yang disponsori pak Sukarta lebih menyukai musyawarah karena sesuai dengan Pancasila. Sementara golongan muda dipelopori Sodrun lebih suka dengan cara demokrasi yakni pemilihan langsung. Ada dua nama yang dijagokan yakni dari Gang Timur, Sukarta dan Gang Barat, Mustafa sementara Gang Tengah tempat Sodrun tinggal tidak memunculkan nama. Karena rapat deadlock dan sama-sama kuat pendapatnya, maka pak Haji minta dilakukan lobi-lobi dan tiga hari lagi bertemu di rumahnya.
     Dalam lobi ini Sukarta berusaha mempengaruhi Sodrun dengan mengajak ustad Hamdalah yang tinggal di blok sebrang. Hamdalah menjelaskan bahwa demokrasi itu cara Barat dan tidak seusai dengan dasar Negara dan tidak islami. Sodrun pun ke warnet untuk browshing di google mengenai pendapat itu. Di warnet Sodrun ketemu Aditya yang mengaku akan golput pada pemilihan Rt ini.
     Akhirnya Sodrun mencabut idenya mengenai demokrasi. Sementara Sukarta didampingi mang Jajang menemui Mustafa, Sukarta minta mereka bersinergi. Dia jadi ketua, sementara Mustafa menjadi wakilnya. Namun Mustafa menolak, kalau tidak jadi ketua dia memilih diluar kabinet.
     Hari yang ditunggu telah tiba, semua bapak-bapak berkumpul, tapi Sodruntidak datang alasannya anaknya sakit Warga pun kecewa karena Sodrun yang menyuarakan demokrasi malah tak nongol. Begitu juga dengan Aditya yang ingin pemilihan langsung malah tidak hadir.
     Akhirnya atas suara terbanyak dilakukan musyawarah hasilnya, dari 25 orang yang hadir Sukarta terpilih suara 23 orang dan Mustafa 22 orang. Mustafa kecewa karena Sodrun dan Aditya tidak datang sehingga dia kalah.
    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar