Pemerintah akan menetapkan awal puasa 1 Ramadan 1438 H malam hari ini. Sebagai Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, umat Islam di
Indonesia menyambut dengan suka ria. Puasa sebagai salah satu ibadah wajib umat
Islam merupakan pancaran nilai pada sila pertama Pancasila.
Sejak tahun 2015, dua ormas terbesar di Indonesia
yakni Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah memulai puasa ada hari yang sama. Meski pun berbeda dalam cara menetapkan 1 Ramadan, namun patut
disyukuri karena mayoritas muslim di Indonesia melaksanakan puasa pada hari
yang sama. Hal ini merupakan bentuk ukhuwah islamiyah untuk menjaga persatuan
umat dan kesatuan bangsa.
Bulan
Ramadhan 1436 Hjriah telah tiba. Tentu saja ini sebuah kesempatan istimewa,
karena bukan saja bilangan umur kita kian bertambah, tapi juga belaian kasih
Ar-Rahmaan akan menghampiri kita lagi. Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan
rahmat dan keberkahan.
Bangsa
Indonesia yang 80% lebih menganut agama Islam akan dengan suka cita menyambut
bulan yang penuh hikmah itu. Puasa merupakan perintah dalam rukun Islam ke 4
yang wajib hukumnya bagi kaum muslim. Dengan puasa berarti meningkatkan
ketakwaan umat kepada sang Khalik. Puasa memiliki makna alam dimensi horizontal
sebagai pengabdian kepada Tuhan dan dimensi vertical untuk menyelami kehidupan
untuk berbagi pada sesama.
Di Indonesia
gebyar Ramadhan sudah terasa jauh hari sebelum puasa tiba. Tentu puasa sebagai
bentuk pelaksanaan ajaran agama sangat sesuai dengan Pancasila. Sesuai dengan
sila pertama Pancasila, ibadah bulan Ramadhan merupakan salah satu amalan
seorang muslim yang selaras. Pancasila dan UUD 1945 memerintahkan agar setiap
pemeluk agama memegang teguh agama dan melaksanakan sesuai dengan ajarannya.
Peningkatan keimanan melalui Puasa Ramadhan merupakan cermin seorang
pribadi yang bermoral Pancasila .
Nilai Puasa
Puasa
seyogyanya mampu memupuk rasa solidaritas dan empati kita kepada masyarakat
yang tidak punya atau tak berkecukupan. Bagi mereka rasa lapar yang muncul pada
bulan Ramadan ini adalah merupakan keseharian yang mereka hadapi dalam 11 bulan
sebelumnya. Karena hidup mereka memang berada pada garis kemiskinan atau bahkan
dibawah garis kemiskinan. Dengan demikian, penderitaan yang dirasakan bersama
mestinya melahirkan kekuatan untuk bersatu bagi bangsa ini, bukan nafsu
memperkaya pundi-pundi pribadi apa pun dan bagaimanapun caranya.
Bukankah
sejarah sudah menunjukkan solidaritas untuk bangkit dan maju telah membuat
bangsa ini keluar dari ketertindasan? Solidaritas pula yang membuat perbedaan
suku dan agama kala itu terajut menjadi anyaman yang justru indah. Karena itu,
alangkah malangnya bangsa yang religius ini jika kesempatan untuk merefleksi
diri lewat Ramadan itu menguap begitu saja. Kalau selepas puasa kali ini pun
kita masih belum naik derajat ke hidup yang baik, boleh jadi puasa yang kita
jalani memang hanya menghasilkan haus dan lapar sebagaimana dikhawatirkan oleh
Rasulullah Muhammad SAW.
Untuk itu,
mari kita membumikan ajaran dan hikmah apa yang terkandung dibalik perintah
dari ibadah puasa ini untuk kita terapkan pada 11 bulan-bulan berikutnya.
Training 1 bulan penuh ini, diharapkan bisa membekali kita untuk melangkah jauh
ke depan serta menghiasi jejak langkah perilaku kita dalam menuju perubahan
yang nyata. Karena pada dasarnya, puasa bukan hanya untuk menahan lapar
dan dahaga di siang hari. Tapi diharapkan kita menjadi manusia yang
bertaqwa yang terwujud dalam kehidupan kita sehari-hari. Tanpa ada perubahan
yang nyata dalam diri kita, maka puasa nyaris tak bermakna dan tidak berbekas.
Semoga.
( Dudun Parwanto dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar