Tembang
Macapat merupakan salah satu kelompok tembang yang sampai saat ini masih diuri-uri (dilestarikan)
oleh orang Jawa. Ada sebelas tembang dalam macapat, masing-masing memiliki
karakter dan ciri yang berbeda, memiliki wataknya sendiri, dan memiliki
aturan-aturan penulisan khusus dalam membuatnya.
Di
Jawa Tengah, khususnya Solo tembang-tembang macapat banyak digunakan dalam serat-serat dan kasusastran (karya
sastra) jawa. Serat-serat tersebut berisi tentang berbagai ajaran budi pekerti,
dongeng, cerita wayang, permainan, bahkan berisi doa dan mantra. Kata-kata yang
banyak digunakan dalam tembang macapat sebagian besar merupakan bahasa jawa
anyar (jawa baru) yang disisipi dengan bahasa jawa kuna.
Banyak
tafsir terhadap asal-muasal kata macapat. Ada yang berpendapat berasal dari
kata ”mocone papat papat” (membacanya empat empat), ada yang
menafsirkan dari kata Maca Asipat (Membaca sifat manusia), dan ada juga
yang berpendapat Janmo Koco Asifat (cerminan sifat manusia).
Tembang
macapat diyakini sebagian besar orang jawa sebagai kelompok tembang yang
memiliki makna proses hidup manusia, proses dimana Tuhan memberikan ruh-Nya,
hingga manusia tersebut kembali kepada-Nya. Sifat-sifat manusia sejak lahir
hingga kematiannya digambarkan dengan runtut dalam sebelas tembang macapat.
Adapun
sebelas tembang macapat yang kaya makna tersebut diantaranya :
Tembang
Macapat Maskumambang
Maskumambang
menjadi pratanda dimulainya kehidupan manusia di dunia, tembang macapat ini
memberi gambaran tentang janin dalam kandungan ibu ketika sedang hamil. Arti
kata Maskumambang sendiri banyak yang memaknai sebagai emas yang terapung (emas
kumambang), juga sering disebut sebagai maskentir (emas yang terhanyut).
Tembang
Macapat Mijil
Awal
hadirnya manusia di dunia ini digambarkan dalam tembang Mijil yang berarti
seorang anak terlahir dari gua garba Ibu. Kata lain dari mijil dalam bahasa
jawa adalah wijil, wiyos, raras, medal, sulastri yang berarti keluar.
Tembang
Macapat Kinanti
Kinanthi
banyak diyakini berasal dari kata dikanthi-kanthi (diarahkan, dibimbing, atau
didampingi)
Tembang
Macapat Sinom
Dalam
bahasa jawa Sinom bisanya digunakan untuk menyebut daun asam yang masih muda,
beberapa kalangan mengartikan Sinom sebagai si enom, isih enom (masih muda).
>> Baca selengkapnya : Macapat Sinom, Bicara Remaja yang Menggelora
Tembang
Macapat Asmaradana
Macapat
Asmaradana merupakan salah satu tembang yang banyak menggambarkan gejolak
asmara yang dialami manusia. Sesuai dengan arti kata, Asmaradana memiliki makna
asmara dan dahana yang berarti api asmara.
Tembang
Macapat Gambuh
Jika
merujuk dari Bausastra Jawa, Gambuh berarti kulina (sudah terbiasa), wis lantih
(sudah terlatih), namun ada juga yang memaknai Gambuh sebagai sebuah kecocokan
(dari kata “jumbuh”).
Tembang
Macapat Dhandanggula
Dhandhanggula
berasal dari kata dhandhang yang berarti burung gagak yang melambangkan duka,
dan dari kata gula yang terasa manis sebagai lambang suka. Kebahagiaan dapat
dicapai setelah sebuah pasangan dapat melampaui proses suka-duka dalam berumah
tangga
Tembang
Macapat Durma
Sifat-sifat
buruk digambarkan tembang macapat Durma. Durma bagi beberapa kalangan diartikan
sebagai munduring tata krama (mundurnya etika), namun ada juga yang berpendapat
berasal dari kata Derma yang berarti suka berbagi rejeki pada orang
lain.
Tembang
Macapat Pangkur
Pangkur
yang juga berarti mungkur (mundur/mengundurkan diri), memberi gambaran bahwa
manusia mempunyai fase dimana ia akan mulai mundur dari kehidupan ragawi dan
menuju kehidupan jiwa atau spiritualnya.
Tembang
Macapat Megatruh
Megatruh
merupakan salah satu tembang macapat yang menggambarkan tentang kondisi maunisa
di saat sakaratul maut. Kata megatruh sendiri dipercaya berasal dari kata
megat/pegat (berpisah) dan ruh, yang artinya berpisahnya antara jiwa dan raga.
Tembang
Macapat Pucung
Badan
wadag yang telah ditinggalkan oleh ruhnya biasanya akan dirawat dan disucikan
sebelum ia dikembalikan dari asalnya yaitu rahim ibu pertiwi (tanah). Jasad
akan dimandikan dan dibungkus dengan kain mori putih sebagai lambang kesucian tau dipocong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar