Kamis, 20 April 2017

Makna Religi & Kehidupan dalam Tembang Macapat



Tembang Macapat merupakan salah satu kelompok tembang yang sampai saat ini masih diuri-uri (dilestarikan) oleh orang Jawa. Ada sebelas tembang dalam macapat, masing-masing memiliki karakter dan ciri yang berbeda, memiliki wataknya sendiri, dan memiliki aturan-aturan penulisan khusus dalam membuatnya.
Di Jawa Tengah, khususnya Solo tembang-tembang macapat banyak digunakan dalam serat-serat dan kasusastran (karya sastra) jawa. Serat-serat tersebut berisi tentang berbagai ajaran budi pekerti, dongeng, cerita wayang, permainan, bahkan berisi doa dan mantra. Kata-kata yang banyak digunakan dalam tembang macapat sebagian besar merupakan bahasa jawa anyar (jawa baru) yang disisipi dengan bahasa jawa kuna.
Banyak tafsir terhadap asal-muasal kata macapat. Ada yang berpendapat berasal dari kata ”mocone papat papat” (membacanya empat empat), ada yang menafsirkan dari kata Maca Asipat (Membaca sifat manusia), dan ada juga yang berpendapat Janmo Koco Asifat (cerminan sifat manusia).
Tembang macapat diyakini sebagian besar orang jawa sebagai kelompok tembang yang memiliki makna proses hidup manusia, proses dimana Tuhan memberikan ruh-Nya, hingga manusia tersebut kembali kepada-Nya. Sifat-sifat manusia sejak lahir hingga kematiannya digambarkan dengan runtut dalam sebelas tembang macapat.
Adapun sebelas tembang macapat yang kaya makna tersebut diantaranya :

Tembang Macapat Maskumambang
Maskumambang menjadi pratanda dimulainya kehidupan manusia di dunia, tembang macapat ini memberi gambaran tentang janin dalam kandungan ibu ketika sedang hamil. Arti kata Maskumambang sendiri banyak yang memaknai sebagai emas yang terapung (emas kumambang), juga sering disebut sebagai maskentir (emas yang terhanyut).

Tembang Macapat Mijil 
Awal hadirnya manusia di dunia ini digambarkan dalam tembang Mijil yang berarti seorang anak terlahir dari gua garba Ibu. Kata lain dari mijil dalam bahasa jawa adalah wijil, wiyos, raras, medal, sulastri yang berarti keluar.

Tembang Macapat Kinanti
Kinanthi banyak diyakini berasal dari kata dikanthi-kanthi (diarahkan, dibimbing, atau didampingi)

Tembang Macapat Sinom
Dalam bahasa jawa Sinom bisanya digunakan untuk menyebut daun asam yang masih muda, beberapa kalangan mengartikan Sinom sebagai si enom, isih enom (masih muda). >> Baca selengkapnya : Macapat Sinom, Bicara Remaja yang Menggelora

Tembang Macapat Asmaradana
Macapat Asmaradana merupakan salah satu tembang yang banyak menggambarkan gejolak asmara yang dialami manusia. Sesuai dengan arti kata, Asmaradana memiliki makna asmara dan dahana yang berarti api asmara.

Tembang Macapat Gambuh
Jika merujuk dari Bausastra Jawa, Gambuh berarti kulina (sudah terbiasa), wis lantih (sudah terlatih), namun ada juga yang memaknai Gambuh sebagai sebuah kecocokan (dari kata “jumbuh”).

Tembang Macapat Dhandanggula
Dhandhanggula berasal dari kata dhandhang yang berarti burung gagak yang melambangkan duka, dan dari kata gula yang terasa manis sebagai lambang suka. Kebahagiaan dapat dicapai setelah sebuah pasangan dapat melampaui proses suka-duka dalam berumah tangga

Tembang Macapat Durma
Sifat-sifat buruk digambarkan tembang macapat Durma. Durma bagi beberapa kalangan diartikan sebagai munduring tata krama (mundurnya etika), namun ada juga yang berpendapat berasal dari kata Derma yang berarti suka berbagi rejeki pada orang lain.

Tembang Macapat Pangkur
Pangkur yang juga berarti mungkur (mundur/mengundurkan diri), memberi gambaran bahwa manusia mempunyai fase dimana ia akan mulai mundur dari kehidupan ragawi dan menuju kehidupan jiwa atau spiritualnya.

Tembang Macapat Megatruh
Megatruh merupakan salah satu tembang macapat yang menggambarkan tentang kondisi maunisa di saat sakaratul maut. Kata megatruh sendiri dipercaya berasal dari kata megat/pegat (berpisah) dan ruh, yang artinya berpisahnya antara jiwa dan raga.

Tembang Macapat Pucung
Badan wadag yang telah ditinggalkan oleh ruhnya biasanya akan dirawat dan disucikan sebelum ia dikembalikan dari asalnya yaitu rahim ibu pertiwi (tanah). Jasad akan dimandikan dan dibungkus dengan kain mori putih sebagai lambang kesucian tau dipocong.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar