Selasa, 28 Maret 2017

Memanggil Nama dengan Parapan atau Julukan Boleh Nggak sih

28 Maret lalu aku bertemu dengan teman2 sekelas alumni SMP 3 Solo yang hampir 27 tahun tak berjumpa. Wouw suwe yo rek....Sebuah reuni kecil karena hanya dihadiri 7 orang yang tinggal di Jabotabek. Meski tak banyak tapi cukup untuk menjadi obat kangen dan nostalgia antar teman yang terpencar, tercerai dan terberai serta terpisah sejak tahun 1990. Dan alhamdulillah dengan adanya teknologi telah mempersatukan kami lagi. Namun dari 37 teman sekelas baru 29 yang terlacak, yang 5 masih dalam pencarian dan 3 orang sudah lebih dulu menghadap pada Yang Maha Kuasa.

Dulu jaman SMP, memang masa lucu-lucunya, (baca: nakal), maka saat itu orang tidak memanggilnya dengan nama, tapi parapan atau julukan atau tanda yang melekat pada orang tersebut, Misalnya Budi kede (kede bahasa Jawa artinya kidal) karena tangan kirinya lebih kuat dari tangan kanan. Pri dipanggil gepeng karena badannya yang tipis seperti almarhum pelawan gepeng. Budi dibilang bagong, karena perawakannya yang pendek tapi besar seperti Bagong dalam Punakawan dan sebagainya.

Pada masa itu, karena lucu-lucunya tadi, karapan bukan sebuah masalah, malah bisa jadi menambah keakraban. Namun setelah 27 tahun berlalu, segalanya bisa berubah. Maka aku pun merasa nggak enak untuk memanggil nama teman-teman dengan karapan. Takut dia tidak nyaman atau tersinggung, karena semua bisa berubah dalam 27 tahun, Lebih baik menjaga diri dan memanggil namanya supaya lebih nyaman dan tidak menyinggung perasaan.

Di Jawa parapan malah lebih gampang dikenal ketimbang nama aslinya. Supri lebih dikenal sebagai Plorok, karena matanya yang suka melotot, Penceng lebih dikenal ketimbang Andi, karena alisnya miring. Wawan lebih mudah disebut Gombloh, karena perawakannya yang kurus seperti penyanyi Gombloh. banyak sekali karapan di Jawa seperti Gendhon, Sebloh, Senthun dan sebagainya.

Di dunia artis juga banyak karapan. Misalnya Yati pesek karena hidungnya ndleshep, Opik Kumis karena kumisnya yang lebat. Didik kempot karena pipinya yang kempot akibat ada gerahamnya yang copot. dan sebagainya. Karapan ni juga bisa sebagai ciri khas agar kita bisa mengenal sesorang dari ciri fisiknya, gaya nya atau sifat yang jadi ciri khasnya.

Julukan dalam pandangan agama
Dalam islam jelas dikatakan berilah nama anak kita dengan sesuatu yang baik. Karena nama itu doa dan harapan. Dalam nama terselip tujuan hidup, Dinamai Rahman karena orangtuanya ingin anaknya suka mengasihi sesama. Dseibut Mustakim supaya orangnya lurus tidak neko-neko. Diberi nama Soleh agar kelak menjadi orang yang saleh atau baik bukan orang yang salah heheh. Kalau namanya bagus tapi kelakuannya tidak baik, orang bilang kabotan jeneng atau keberatan nama. Bukan namanya yang harus diganti tapi kelakuannya hehehe.

Dan kita dilarang memanggil sdengan ebutan yang jelek meski kadang jujur heheh. Misalnya kakinya pincang kita sebut pincang, matanya kecil dibilang sipit dan rambutnya botak dibilang pethak. Mungkin orang yang dipanggil tidak marah tapi bagaimana perasaan ibu atau bapaknya . Apa mereka ingin anaknya lahir dalam kondisi begitu atau dibilang begitu? Camkan itu hehehe

Jelas agama menganjurkan kita tidak boleh mnyakiti hati orang lain, Panggilan karapan yang negatif akan memberikan efek yang tidak baik. Bagusnya karapan itu yang positif malah dianjurkan, Misalnya ketika Nabi Muhammad Saw memanggil istrinya Aisyah dengan sebutan Ya Humairah atau yang kemerah-merahan, karena pipi Aisyah berwarna merah. Maka sebisa mungkin beri karapan yang baik, misal ya ahli surga jangan begitu, kan enak didengar daripada ya ahli neraka dan sebagainya.

Kalau ada kejelakan atau aib, agama malah menganjurkan agar ditutupi. Karena barang siapa menutui aib saudara muslimnya maka Alloh akan menurtupi di akherat kelak. jadi sebaiknya kita membiasakan sesuatu yang baik, termasuk dalam memanggil nama seseorang, pamggil saja namanya itu lebih aman dan sopan. Dn kebaikan kita pada orang lain pada hakekatnya akan kembali pada diri sendiri.Betul nggak mas Penceng ?

Stand Up Religi
Dudun hamdalah  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar