Kalau Ulang Tahun itu diartikan memotong kue, memberi bingkisan, mengundang teman dan menerma kado. Seingat saya, saya belum pernah merayakannya. Tidak ada tradisi seperti itu di keluarga saya, disamping mungkin ada pertimbangan ekonomi mengingat keluarga saya bukan orang mampu. Tapi pertimbangan tradisi lebih kuat, karena kalau sekadar beli kue untuk dimakan sendiri saya yakin orangtua saya masih sanggup.
Karena latar belakang itulah saya heran, atau merasa sayang ya, melihat orang menghambur-hamburkan uang banyak untuk sebuah seremoni yang sempit. Malah ada seorang Menteri yang masuk penjara karena merayakan HUT istrinya di sebuah hotel mewah dengan menghabiskan dana Rp 500 juta dan uang itu diambil dari kas negara. Ini super koclok (gila ) namanya. Masih mending Robinhood mengambil uang orang kaya untuk dibagikan ke orang miskin hehehe
Intinya sih kalau memang kondisi uang longgar dan mau membuat perayaan sebaiknya digunakan untuk kemanfaatan umat. Misalnya dirayakan bersama yatim piatu atau panti asuhan secara sederhana dan membagikan berkat agar mereka terhibur. Meski saya tidak tertarik dengan judulnya (HUT) tapi saya suka dengan substansinya atau kontennya. Misi ini lebih mulia dan berguna ketimbang memenuhi ambisi pribadi, gengsi dan syhwat duniawi.
Saya tidak merasa cocok dengan istilah ulang tahun, karena tahun tidak pernah berulang, tahun 2016 sudah berlalu dan takkan pernah kita jumpai lagi. Istilah yang tepat sebenarnya memperingat hari kelahiran atau Milad. Tapi sudah jaman disebut HUT maka lidah ini perlu waktu untuk menyesuaikan. Namun jika menggunakan istilah Milad kok nanti dibilang milik agama tertentu hehehe, ya mudah2an ada kata bahasa Indonesia yang akan mewakili istilah Milad.
Secara nominal, Milad itu penambahan jumlah umur, jika kemarin 25 sekarang 26 tahun.. Tapi secara konten dan substansi waktu hidup kita di dunia berkurang, kalau jatahnya misalnya 60 tahun sekarang sudah 25 tahun berarti tinggal 35 tahun dan semakin hari jatah itu semakin sedikit. Jadi masih mau merayakan jatah hidup kita di dunia. hehehe
Selama hidup ini mungkin ada atau banyak cita-cita dan harapan yang tidak tercapai ketimbang terwujudkan. Itu membuktikan bahwa yang paling berkuasa di dunia Tuhan, dan Dialah sebaik-baiknya pembuat rencana. Karena Tuhan adalah pencipta yang tahu persis apa yang dibutuhkan mahluk ciptaanNya.
Maka setiap detik yang harus dilakukan manusia adalah bersyukur dan terus bersyukur dalam keadaan susah dan senang,. Sikap syukur dalam takdir dan sabara dalam proses harus dibarengi dengan rasa optimisme dan prasangka baik kepada Tuhan. Karena kehidupan ini milik Tuhan, harta, kedudukan atau anak semua itu amanah atau titipan yang wajib kita kembalikan.
Maka di usia kepala 4 seperti saya, ambisi-ambisi kebendaaan dunia sudah mulai menipis. Persiapan menuju alam keabadian harus dipertebal. Hidup seperti air mengalir. berusaha dan yakin serta menerima apapun takdir Nya. Dan juga pendekatan diri kepada Ilahi harus lebih ofensif dan intensif seiring dengan memudarnya daya ingat, melemahnya kekuatan fisik dan mulai bersarangnya berbagai jenis penyakit.
Barang siapa yang mencintai Tuhannya maka akan berjumpa dengan Nya. Dan siapa yang berjumpa dengan Tuhan maka dia akan bahagia di sisi Nya. Wujud dari rasa cinta adalah pertemuan dengan yang dicintai. Maka puncak dari nikmatnya orang beriman ketika sudah dibacakan kepadanya "Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun.'(Sesungguhnya semua milik Alloh dan semua akan kembali kepada Nya"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar