Hati-hati kalau ngomong itu bisa jadi Doa. Itulah nasehat yang sering kita dengar. Meski omongan itu terucap di kala kita tidak sadar, emosi. dan tidak konsentrasi. Itulah kisah nyata yang pernah saya alami ketika saya masih kuliah akhir 1999 silam.
Cerita begini, waktu itu saya bersama teman kos bernama Isnaini sedang makan di sebuah warung. Entah bosen, atau apa alasannya, sempat teucap dalam mulutku "Capek ya makan, enaknya pakai infus nggak perlu ngunyah..." Isnaini diam mungkin bingung, atau menganggap aku bercanda, Aku pun merasa kalimat itu terucap begitu saja, tanpa perasaan salah atau dosa.
Tak perlu waktu lama, kejadian itu datang, Esoknya seorang teman meminta tolong diantar ke kantornya. Rupanya dia mau berbohong kalau motornya rusak sehingga kantornya percaya. Saya mau saja mengantarnya, entah dipelet atau gimana lupa. Intinya akhirnya aku memboncengkan kawan itu dengan motorku.
Tak jauh dari makam pahlawan semarang, ada jalan veteran dengan tikungan yang tajam. Saya bermaksud menyeberang jalan. Apa yang terjadi, ketika motor maju untuk nyebrang dari arah tikungan sebuah mobil melaju kencang. Dan braaaak... temanku terpental helmnya pecah dan aku terseret 50 meter di kolong mobil bersama motorku.
Allahhu akbar, sayasetengah sadar sudah berada di RS Romani, sementara temanku kepalanya dijahit. Badanku lemah, sepertinya tulang pada remuk. Tak lama kemudian saya minta dironsen, alhamdulillah tulangku utuh hanya badanku yang memar tak karuan. Ini bagiku sebuah keajaiban yang kuingat sampai sekarang. Secara teori kecelakaan maut itu sangat keras hingga terseret puluhan meter tapi Allah masih sayang padaku.
Sorenya Isnaini menengokku. Dia mengingatkan aku akan ucapanku di warteg . Ucapan yang entas sengaja atau tidak telah diijabah oleh Alloh. aku tersentak, Ternyata Alloh mengabulkan kata-kata yang bukan doa. Tapi disisi lain aku menganggap itu teguran yang keras agar berhati-hati dalam bertutur.
Ternyata Tuhan mengabulkan kata-kata meski hanya bercanda. Mau bercanda atau serius Tuhan mendengar setiap ucapan. Dan memang kata-kata ucapan itu doa bisa jadi benarnya. Oleh karena itu sebaiknya kata-kata yang tidak baik kita tahan agar tidak terucap.
Kejadian seperti itu mungkin tidak hanya saya alami. Tapi setidaknya memberikan pelajaran agar kita berpikir dulu sebelum berbicara dan timbang baik-baik akibatnya. Jangan asal ngucap dan jangan gampang minta maaf. Sehingga tidak ada istilah keceplosan, tidak sengaja dan tidak ada niat. karena hati itu yang tahu hanya kita dan Tuhan, Hati tidak pernah berbohong, namun mulut sering berbohong.
Menjaga lisan adalah sesuatu yang vital, karena sumber malapetaka dan peperangan di dunia adalah lisan,. Sumber dari masalah di dunia adalah tidak pandai menjaga lisan, Kata-kata provokatif, ujaran kebencian, fitnah dan sebagainya yang bernama negatif sering terlontar dari lisan,. Maka lisan hars dikendalikan oleh pikiran agar terkontrol sebelum mengucapkan sesuatu.
Di era media sosial sekarang, memang bukan lisan yang menonjol tapi tulisan, banyak sekali kata-kata bernada provolatf, fitnah dan kebencian yang terang-terangan disampaikan di ranah publik. Itu sebenarnya bagian dari dosa lisan, hanya berbeda media yakni bahasa tulisan. Mudarat dan kerugian yang ditimbulkan tidak jauh dari lisan.
Maka berhati-hatilah dalam segenap kehidupan kita. Setiap lisan dan tulisan kita pikirkan dampaknya jangan asal njeplak atau pencet status karena terprovokasi dengan status orang. Sabar dan tidak mudah terpancing adalah cara bijaksana menjaga dosa-dosa. Apalagi di RI ada UU ITE yang bisa menyeret orang yang menyebar kebencian ke jeruji besi. tak sedikit mereka yang harus dipenjara gara-gara tulisan di sosial media.
Itu di dunia,di akherat lebih ngeri lagi. Semua badan harus bertanggungjawab terhadap perbuiatannya dan mulut yang biasa bohong akan terkunci. Mata, telinga, kaki, tangan dan sebagainya akan dimintai tanggung jawabnya. Disaat itulah anggota tubuh akan jujur kepada Tuhan akan dosa yang telah dilakukan oleh jiwa. Dan tak ada yang bisa membantu kecuali diri kiat sendiri. Maka mari kita jaga lisan dan tulisn kita agar lepas dari siksaan pedih di alam sana.
Dudun Parwanto
Stand Up Religi
Cerita begini, waktu itu saya bersama teman kos bernama Isnaini sedang makan di sebuah warung. Entah bosen, atau apa alasannya, sempat teucap dalam mulutku "Capek ya makan, enaknya pakai infus nggak perlu ngunyah..." Isnaini diam mungkin bingung, atau menganggap aku bercanda, Aku pun merasa kalimat itu terucap begitu saja, tanpa perasaan salah atau dosa.
Tak perlu waktu lama, kejadian itu datang, Esoknya seorang teman meminta tolong diantar ke kantornya. Rupanya dia mau berbohong kalau motornya rusak sehingga kantornya percaya. Saya mau saja mengantarnya, entah dipelet atau gimana lupa. Intinya akhirnya aku memboncengkan kawan itu dengan motorku.
Tak jauh dari makam pahlawan semarang, ada jalan veteran dengan tikungan yang tajam. Saya bermaksud menyeberang jalan. Apa yang terjadi, ketika motor maju untuk nyebrang dari arah tikungan sebuah mobil melaju kencang. Dan braaaak... temanku terpental helmnya pecah dan aku terseret 50 meter di kolong mobil bersama motorku.
Allahhu akbar, sayasetengah sadar sudah berada di RS Romani, sementara temanku kepalanya dijahit. Badanku lemah, sepertinya tulang pada remuk. Tak lama kemudian saya minta dironsen, alhamdulillah tulangku utuh hanya badanku yang memar tak karuan. Ini bagiku sebuah keajaiban yang kuingat sampai sekarang. Secara teori kecelakaan maut itu sangat keras hingga terseret puluhan meter tapi Allah masih sayang padaku.
Sorenya Isnaini menengokku. Dia mengingatkan aku akan ucapanku di warteg . Ucapan yang entas sengaja atau tidak telah diijabah oleh Alloh. aku tersentak, Ternyata Alloh mengabulkan kata-kata yang bukan doa. Tapi disisi lain aku menganggap itu teguran yang keras agar berhati-hati dalam bertutur.
Ternyata Tuhan mengabulkan kata-kata meski hanya bercanda. Mau bercanda atau serius Tuhan mendengar setiap ucapan. Dan memang kata-kata ucapan itu doa bisa jadi benarnya. Oleh karena itu sebaiknya kata-kata yang tidak baik kita tahan agar tidak terucap.
Kejadian seperti itu mungkin tidak hanya saya alami. Tapi setidaknya memberikan pelajaran agar kita berpikir dulu sebelum berbicara dan timbang baik-baik akibatnya. Jangan asal ngucap dan jangan gampang minta maaf. Sehingga tidak ada istilah keceplosan, tidak sengaja dan tidak ada niat. karena hati itu yang tahu hanya kita dan Tuhan, Hati tidak pernah berbohong, namun mulut sering berbohong.
Menjaga lisan adalah sesuatu yang vital, karena sumber malapetaka dan peperangan di dunia adalah lisan,. Sumber dari masalah di dunia adalah tidak pandai menjaga lisan, Kata-kata provokatif, ujaran kebencian, fitnah dan sebagainya yang bernama negatif sering terlontar dari lisan,. Maka lisan hars dikendalikan oleh pikiran agar terkontrol sebelum mengucapkan sesuatu.
Di era media sosial sekarang, memang bukan lisan yang menonjol tapi tulisan, banyak sekali kata-kata bernada provolatf, fitnah dan kebencian yang terang-terangan disampaikan di ranah publik. Itu sebenarnya bagian dari dosa lisan, hanya berbeda media yakni bahasa tulisan. Mudarat dan kerugian yang ditimbulkan tidak jauh dari lisan.
Maka berhati-hatilah dalam segenap kehidupan kita. Setiap lisan dan tulisan kita pikirkan dampaknya jangan asal njeplak atau pencet status karena terprovokasi dengan status orang. Sabar dan tidak mudah terpancing adalah cara bijaksana menjaga dosa-dosa. Apalagi di RI ada UU ITE yang bisa menyeret orang yang menyebar kebencian ke jeruji besi. tak sedikit mereka yang harus dipenjara gara-gara tulisan di sosial media.
Itu di dunia,di akherat lebih ngeri lagi. Semua badan harus bertanggungjawab terhadap perbuiatannya dan mulut yang biasa bohong akan terkunci. Mata, telinga, kaki, tangan dan sebagainya akan dimintai tanggung jawabnya. Disaat itulah anggota tubuh akan jujur kepada Tuhan akan dosa yang telah dilakukan oleh jiwa. Dan tak ada yang bisa membantu kecuali diri kiat sendiri. Maka mari kita jaga lisan dan tulisn kita agar lepas dari siksaan pedih di alam sana.
Dudun Parwanto
Stand Up Religi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar